Jumat, 31 Mei 2013

SISTEM AKUNTANSI UTANG

 SISTEM AKUNTANSI UTANG

DISUSUN OLEH :
  
 HALIMA YANTI SIREGAR
1113093381
       
JURUSAN     : D3-AKUNTANSI KOMPUTER
      
DOSEN     : ASTON . L . SITUMORANG, SE,M.Si






SISTEM AKUNTANSI UTANG

A.    DESKRIPSI KEGIATAN
    Barang yang sudah diterima dari pemasok adakalanya tidak sesuai dengan barang yang dipesan menurut surat order pembelian.
Ketidaksesuaian tersebut terjadi kemungkinan karena barang yang diterima tidak cocok dengan spesifikasi yang tercantum dalam surat order pembelian, barang mengalami kerusakan dalam pengiriman atau barang diterima melewati tanggal pengiriman yang dijanjikan oleh pemasok, sehingga digunakan sistem retur pembelian yang digunakan oleh perusahaan untuk pengembalian barang yang sudah dibeli kepada pemasoknya.
   
B.    FUNGSI YANG TERKAIT
Fungsi yang terkait dalam pencatatan utang adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Pembelian
      Dalam sistem retur pembelian, fungsi ini bertanggung  jawab untuk mengeluarkan memo debit untuk retur pembelian.

2. Fungsi Gudang
      Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang kepada fungsi pengiriman seperti yang tercantum dalam tembusan memo debit yang diterima dari fungsi pembelian.

3. Fungsi Pengiriman
      Fungsi ini bertanggung jawab untuk mengirimkan kembali barang kepada pemasok sesuai dengan perintah retur pembelian dalam memo debit yang diterima dari fungsi pembelian.
   
4. Fungsi Akuntansi
    Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat :
a.    Transaksi retur pembelian dalam jurnal retur pembelian atau jurnal umum.
b.    Berkurangnya harga pokok persediaan karena retur pembelian dalam kartu persediaan.
c.    Berkurangnya utang yang timbul dari transaksi retur pembelian dalam arsip bukti kas keluar yang belum dibayar atau dalam kartu utang.


C.    INFORMASI YANG DIPERLUKAN MANAJEMEN
Informasi yang umumnya diperlukan manajemen adalah :

A.    Jenis persediaan yang telah mencapai titik pemesanan kembali (reorder point).
B.    Order pembelian yang telah dikirim kepada pemasok.
C.    Order pembelian yang telah dipenuhi oleh pemasok.
D.    Total saldo utang dagang pada tanggal tertentu.
E.    Saldo utang dagang kepada pemasok tertentu.
F.    Tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan dari pembelian.

D.    DOKUMEN YANG DIGUNAKAN   
    Adapun yang menjadi dokumen yang digunakan dalam akuntansi utang adalah sebagai berikut:
   
A. Memo Debit
      Dokumen ini merupakan formulir yang diisi oleh fungsi pembelian yang memberikan otorisasi bagi fungsi pengiriman untuk mengirimkan kembali barang yang telah dibeli oleh perusahaan dan bagi fungsi akuntansi untuk mendebit rekening utama karena transaksi retur pembelian.
   
B. Laporan Pengiriman Barang
      Dokumen ini dibuat oleh fungsi pengiriman untuk melaporkan jenis dan kuantitas barang yang dikirimkan kembali kepada pemasok sesuai dengan perintah retur pembelian dalam memo debit dari fungsi pembelian.
   
E.    CATATAN AKUNTANSI YANG DIGUNAKAN
Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi utang adalah  sebagai berikut:
       
A. Jurnal Retur Pembelian atau Jurnal Umum
        Jurnal Retur Pembelian digunakan untuk mencatat transaksi retur penjualan yang mengurangi jumlah persediaan dan utang dagang. Jika perusahaan tidak menggunakan jurnal khusus karena rendahnya frekuensi transaksi retur pembelian, perusahaan menggunakan jurnal umum untuk mencatat transaksi tersebut.
   
B. Kartu Persediaan
      Dalam sistem retur pembelian, kartu persediaan digunakan untuk mencatat berkurangnya harga pokok persediaan karena dikembalikannya barang yang telah dibeli kepada pemasoknya.
   
C. Kartu Utang
      Kartu utang digunakan untuk mencatat berkurangnya utang kepada debitur akibat penegembalian barang pada debitur. Jika perusahaan menggunakan voucher payable procedure, berkurangnya utang kepada debitur dicatat dengan cara mengarsipkan memo debit dalam arsip bukti kas keluar yang belum dibayar menurut nama debitur.
       
Pencatatan utang dapat dilakukan dengan 2 macam prosedur :

A. Account Payable Procedure

Dokumen yang digunakan dalam account payable procedure adalah :
1. Faktur dari pemasok dicatat dalam jurnal pembelian.
2. Kwitansi tanda terima uang yang ditandatangani oleh pemasok atau           tembusan surat pemberitahuan (remittance advice) yang dikirim ke pemasok, yang berisi keterangan untuk apa pembayaran tersebut dilakukan.

Catatan akuntansi yang digunakan dalam account payable procedure adalah:
1. Kartu Utang, digunakan untuk mencatat mutasi dan saldo utang kepada tiap kreditur.
2. Jurnal pembelian, digunakan untuk mencatat transaksi pembeian.
3. Jurnal pengeluaran kas, digunaakn untuk mencatat transaksi pembayaran utang dan pengeluaran kas yang lain.

Prosedur pencatatan utang dengan account payable procedure adalah sebagai berikut :
Pada saat faktur dari pemasok telah disetujui untuk dibayar :
1. Faktur dari pemasok dicatat dalam jurnak pembelian
2. Informasi dalam jurnal pembelian kemudian di posting ke dalam kartu utang diselenggarakan untuk setiap kreditur.


Pada saat jumlah dalam faktur dibayar :
3. Cek dalam jurnal pengeluaran kas
4. Informasi dalam jurnal pengeluaran kas yang bersangkutan dengan    pembayaran utang diposting kedalam kartu utang.
   
B. Voucher Payable Procedure
   
Dokumen yang digunakan dalam dalam voucher payable procedure :
      Bukti kas keluar atau kombinasi bukti kas keluar dan cek (voucher atau voucher check). Formulir ini mempunyai 3 fungsi yaitu :
1. Sebagai surat perintah kepada bagian kassa untuk melakukan pengeluaran kas sejumlah yang tercantum didalamnya.
2. Sebagai pemberitahuan kepada kreditor mengenai tujuan pembayarannya (sebagai remittance advice).
3.sebagai media untuk dasar pencatatan utang dan persediaan atau distribusi lain.

Catatan akuntansi yang digunakan dalam voucher payable procedures adalah sebagai berikut:
1. Register bukti kas keluar (voucher register)
2. Register cek (check register)

Prosedur pencatatan utang dengan voucher payable procedures dapat dibagi menjadi :
1. One-Time Voucher Procedures
One-time voucher procedures dibagi menjadi dua bagian yaitu:
  a. One-time voucher procedures dengan dasar tunai (cash basis).
          Dalam procedure ini, faktur yang diteima oleh fungsi akuntansi dari      pemasok disimpan dalam arsip sementara menurut tanggal jatuh temponya.

  b. One-time voucher procedures dengan dasar waktu (accrual basis).
           Dalam prosedur ini, pada saat faktur diterima oleh bagian utang dari pemasok langsung dibuatkan bukti kas keluar oleh bagian utang, yang kemudian atas dasr dokumen ini dilakukan pencatatan transaksi pembelian dalam register bukti kas keluar (voucher register).

2. Build-Up Voucher Procedures.
      Dalam prosedur ini, satu set voucher dapat digunakan untuk menmpung lebih dari satu faktur pasok. Dalam prosedur ini, arsip bukti kas keluar yang belum dibayar merupakan catatan utang yang diselenggarakan atas dasar wktu (accrual basis)


F.    JARINGAN PROSEDUR YANG MEMBENTUK SISTEM
Jaringan Prosedur yang membentuk sistem diantaranya yaitu:

A. Prosedur perintah retur pembelian
      Retur pembelian terjadi atas perintah fungsi pembelian kepada fungsi pengiriman untuk mengirimkan kembali barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan (dalam system akuntansi pembelian) kepada pemasok yang bersangkutan. Dokumen yang digunakan oleh fungsi pembelian untuk memerintahkan fungsi pengiriman mengembalikan barang ke pemasok adalah memo debit.

B. Prosedur pengiriman barang ke pemasok
      Dalam prosedur ini, fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada pemasok sesuai dengan perintah retur pembelian yang tercantum dalam memo debit dan membuat laporan pengiriman barang untuk transaksi retur pembelian tersebut.
   
C. Prosedur pencatatan utang
      Pencatatan utang dijalankan oleh fungsi akuntansi yang berperan untuk memeriksa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan retur pembelian (memo debit dan laporan pengiriman barang) dan menyelenggarakan pencatatan berkurangnya utang dalam kartu utang atau mengarsipkan dokumen memo debit sebagai pengurang utang.
   
G.    UNSUR PENGENDALIAN INTERN
Unsur pokok pengendalian intern terdiri dari :

A. Organisasi

1. Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi akuntansi.
Salah satu unsur pokok sistem pengendalian intern mengharuskan pemisahan fungsi operasi, fungsi penyimpanan, dan fungsi akuntansi. Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi akuntansi yang melaksanakan pencatatan utang dan persediaan barang harus dipisahkan dari fungsi operasi yang melaksanakan transaksi pembelian.

2. Transaksi retur pembelian harus dilaksanakan oleh fungsi pembelian, fungsi pengiriman, fungsi pencatat utang, fungsi akuntansi yang lain. Tidak ada transaksi retur pembelian yang dilaksanakan secara lengkap oleh hanya satu fungsi tersebut.
     Transaksi harus dilaksanakan oleh lebih dari satu orang atau lebih dari satu unit organisasi. Dalam sistem retur pembelian harus dirancang unsur sistem pengendalian intern.
   
B. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

1. Memo debet untuk retur pembelian diotorisasi oleh fungsi pembelian.
    Transaksi pembelian dimulai dengan diterbitkannya surat order pembelian oleh fungsi pembelian. Jika barang yang diterima dari pemasok tidak sesuai dengan barang yang dipesan menurut surat order pembelian, terjadilah retur pembelian. Transaksi retur pembelian harus diotorisasi oleh fungsi pembelian dengan cara membubuhkan tandatangan pada memo debit.

2. Laporan pengiriman barang untuk retur pembelian diotorisasi oleh fungsi pengiriman.
    Transaksi retur pembelian dimulai dengan diterbitkannya memo debit oleh fungsi pembelian dan dilaksanakan dengan dikeluarkannya laporan pengiriman barang sebagai tanda telah dikirimkannya barang yang telah dibeli kepada pemasok yang bersangkutan. Laporan pengiriman barang ini harus diotorisasi oleh fungsi pengiriman, sehingga dapat menjadi dokumen pendukung yang sahih dalam pencatatan berkurangnya utang dan persediaan barang.

3. Pencatatan berkurangnya utang karena retur pembelian didasarkan pada memo debet yang didukung dengan laporan pengiriman barang.
    Pencatatan kedalam catatan akuntansi harus didasarkan atas dokumen sumber yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap. Kesahihan dokumen sumber yang dipakai sebagai dasar pencatatan dalam catatan akuntansi dibuktikan dengan dilampirkannya dokumen pendukung yang lengkap, yang telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. Dalam sistem retur pembelian, pencatatan mutasi utang dan persediaan harus didasarkan pada dokumen sumber memo debit.
   
4. Pencatatan kedalam jurnal umum diotorisasi oleh fungsi akuntansi.
    Pencatatan kedalam catatan akuntansi harus dilaksanakan oleh karyawan yang diberi wewenang untuk itu. Penyimpanan memo debit yang dilampiri dengan laporan pengiriman barang dalam arsip bukti kas keluar yang belum dibayar atau pencatatan memo debit kedalam kartu utang diotorisasi oleh fungsi pencatat utang dengan cara membubuhkan tandatangan dan tanggal pencatatan kedalam dokumen sumber (bukti memo atau faktur dari pemasok). Pencatatan memo debit kedalam jurnal umum diotorisasi oleh fungsi pencatat jurnal dengan cara membubuhkan tandatangan pada dokumen tersebut.
   
C. Praktik yang sehat

1. Memo debit untuk retur pembelian bernomor urut tercetak dan pemakaiannya  dipertanggung jawabkan oleh fungsi pembelian.
   
2. Laporan pengiriman barang bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggung jawabkan oleh fungsi pengiriman.

3. Catatan yang berfungsi sebagai buku pembantu utang secara periodik direkonsiliasi dengan rekening kontrol utang dalam buku besar.

H.    BAGAN ALIR DOKUMEN

Bagan alir adalah representasi grafis dari sistem yang mendeskripsikan relasi fisik diantara entitas-entitas intinya. Bagan alir dapat digunakan untuk menyajikan aktivitas manual, aktivitas pemrosesan komputer, atau keduanya. Bagan alir terdiri dari : Bagan alir dokumen digunakan untuk menggambarkan elemen-elemen dari sistem manual, termasuk catatan akuntansi, departemen organisasional yang terlibat dalam proses, dan aktivitas yang dilakukan dalam departemen tersebut.
   





PENUTUP

KESIMPULAN
    Adapun kesimpulan mengenai Sistem Akuntansi Utang, yaitu :   
1.    sistem akuntansi utang meliputi prosedur pencatatan distribusi pembelian berupa pengembalian barang yang dibeli kepada pemasok yang bersangkutan.
2.    dokumen sumber untuk pencatatan utang karena adanya pengembalian barang adalah memo debit dan laporan pengiriman barang.
3.    metode pencatatan utang dilakukan dengan metode account payable procedure dan voucher payable.
4.    catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat mutasi utang dalam account payable procedure adalah kartu utang, jurnal pembelian, dan jurnal pengeluaran kas.
   
SARAN
    Adapun saran mengenai Sistem Akuntansi Utang , yaitu :
1.    Jika barang yang diterima tidak sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam SOP atau barang mengalami kerusakan dalam pengiriman maka perusaahaan harus menggunakan sistem retur pembelian untuk pengembalian barang yang sudah dibeli kepada pemasoknya.
2.    Jika barang yang diterima melewati tanggal pengiriman yang dijanjikan oleh pemasok maka sistem retur pembelian yang akan digunakan dalam perusahaan, atau menggunakan kesepakatan bersama antara pemasok, perusahaan, dan pembeli.

















NEGOTIATING

 NEGOTIATING

NEGOTIATING

COMPILED BY :
   
    HALIMA YANTI SIREGAR
    1113093381
             
DEPARTMENT     :  D3_COMPUTER ACCOUNTING
       
LECTURER    :     YOHANA

STIE IBBI MEDAN



NEGOTIATING


Negotiation is a dialogue between two or more people or parties, intended to reach an understanding, resolve point of difference, or gain advantage in outcome of dialogue, to produce an agreement upon courses of action, to bargain for individual or collective advantage, to craft outcomes to satisfy various interests of two people/parties involved in negotiation process. Negotiation is a process where each party involved in negotiating tries to gain an advantage for themselves by the end of the process. Negotiation is intended to aim at compromise.

    Negotiation occurs in business, non-profit organizations, government branches, legal proceedings, among nations and in personal situations such as marriage, divorce, parenting, and everyday life. The study of the subject is called negotiation theory. Professional negotiators are often specialized, such as union negotiators, leverage buyout negotiators, peace negotiators, hostage negotiators, or may work under other titles, such as diplomats, legislators or brokers.


1.    MASSIVE SUFFERING
  
Separate The People From The Problem

A common failing when there is a difference of opinion or goals is to attack the opposing person while attacking the opposing position, especially if the attack is demeaning. It will unfailingly have negative outcomes in both decision making and bargaining. Experienced leaders and experienced negotiators separate the people from the problem. Some of the ways Fisher and Ury suggest are:

    Relationships.
Bargaining, even principled bargaining, may involve strong comments about the substantive issues. It is only human nature that these, on occasion, are taken as personal attacks, generating emotions that block communication. A good relationship can be a vaccine against communication blockages. But the relationship needs to be built early in the game, just as a vaccine works best before exposure to the disease. Some negotiators do this by chatting in a friendly way during the breaks. On more consequential issues, negotiators may ask for and get a "book" on the other side, that includes background and interests, to facilitate building a good relationship.

    Perceptions.
In the heat of battle, it is easy to view the opponent as a personal enemy, as opposed to someone who is just doing a job. Effective negotiators must get inside the heads of their opponents so they can see the issues as they do. From inside the opponent's frame of reference, many things become clear: why a given position is held so fiercely, where the vulnerabilities are, where there are doubts, and where there may be blind spots.

The primary goal of principled negotiation is to achieve rational outcomes in the best interest of both parties. However, sometimes this just doesn't work, and positional bargaining is the only option. Then it becomes imperative to know the issues well from your opponent's perspective while denying that advantage in turn. In that way, you can control your opponent's perceptions better than your opponent can control yours.

Perceptions come in many ways. Colosi makes a point of the importance of body language and tone as communications channels that give information, sometimes information of crucial value, to the other side. Fisher and Ury emphasize such things as acting inconsistently with expectations. For example, they believe an important part of the peace process between Israel and Egypt was that Sadat upset Israeli-and Arab- expectations by flying to Jerusalem in November 1977. "Holding the door" for your enemy is inconsistent with the perception of being an enemy; so do it.

    Emotion.
The heat of battle is truly felt by all. And while a principled negotiator would not launch invective toward the other side, the other side might not be so principled. Experienced negotiators have long since learned how to manage their emotions. A part of this is understanding that there are going to be emotions. Skillful strategic leaders and skillful negotiators can turn anger on and can turn it off for effect, while at the same time avoiding the blow and counterblow that gets out of control. This is not always easy, especially when the other side is trying to destabilize your side by personal attack.

If under personal attack, promise don't threaten: You might say, "These are personal attacks which are not relevant to the substantive issue, and for that reason they are unfair. If they continue, I am going to leave and return tomorrow. Perhaps we can make more substantive progress then." The essence of promise versus threat is that the statement takes the form of what the speaker will do as opposed to what will be done to the other party (Colosi).

    Communication.
The essence of communication is the transmission of meaning. Fisher and Ury think much communication in positional bargaining fails because meaning is not clearly transmitted. Where the bargaining is positional, Colosi adds that one may want to be judicious about the direction of communication. If the bargaining is positional, the negotiator who gets "inside the other negotiator's head" has a competitive advantage. The mandate is for active listening, getting the other person to talk more and thus reveal more. Listening with interest to what the other negotiator has to say pays dividends, you are getting valuable information about his/her position and intentions, without giving away your own.

These are only a few of the many ways to build a positive relationship. Your image as a negotiator must be that of someone who is credible, reliable, trustworthy, and principled. In many negotiations, this image can be used as a tool to move toward negotiating on the merits of the case, rather than on the relative hard-headedness of the negotiators.





2.    LEADERSHIP AND ORGANIZATIONAL  BEHAVIOR
  
Organizational Behavior (OB) is the study and application of knowledge about how people, individuals, and groups act in organizations. It does this by taking a system approach. That is, it interprets people-organization relationships in terms of the whole person, whole group, whole organization, and whole social system. Its purpose is to build better relationships by achieving human objectives, organizational objectives, and social objectives.

    Many situations make it important to productively synchronize "internal" with "external" negotiations. In fact, much research to date has focused on how each side can best manage its internal opposition to agreements negotiated "at the table." Often implicit in this research is the view that each side's leadership is best positioned to manage its own internal conflicts. Traditionally, a negotiator does this by :

1) pressing for deal terms that will meet its internal objections.
2) effectively "selling" the agreement to its key constituencies.

However, James Sebenius argues that to achieve your own goals in negotiation it is also vital to understand all the ways in which you can help the other side with the its "behind-the-table" barriers (and vice versa). Independent of any altruistic motives, helping them to solve "their internal negotiation problem" is often the best way to get them to say yes to an agreement that is in your interest. To do this, negotiators should explicitly probe the full set of the other party's interests including the other side's interest in dealing effectively with its internal, behind-the-table challenges and conflicts. This requires you to deeply probe the context in which they are enmeshed: the web of favorable and opposing constituencies as well as their relationships, perceptions, sensitivities, and substantive interests. By way of a number of challenging case examples, this paper details a number of ways to develop this fuller understanding and to act effectively on it.


3.    HUMAN RESOURCES

10 Essential Negotiating Skills for Human Resources Managers .
Human resource managers spend enormous amounts of time helping both employees and upper management cope with everyday issues involving two or more stakeholder groups often with conflicting interests. What you are doing day in and day out, whether you realize it or not, is negotiating. Any time you are involved in helping two or more parties come to an agreement, you are, in effect, handling a negotiation.HR professionals who hone their negotiating skills are in a tremendous position to influence company morale, improve productivity, boost the bottom line, and foster a company culture that is harmonious and competitive. In other words, being a better negotiator makes you better at managing your workforce, with all of its complexities.In human resources, you can master the same type of negotiating techniques that are used by high-powered companies to secure multimillion-dollar contracts. At the core of every negotiation are two sets of interests that need to get resolved so that the parties can move forward in a constructive way. HR professionals spend many hours of every day knocking out agreements, large and small, so that the company organism can continue to function smoothly. Competent negotiating is essential to HR.What type of everyday issues confronting HR managers could be improved with more effective negotiation skills? Here’s a short list:
  
a.   Working out labor disputes with unions and other labor groups.
b.   Hammering out benefits packages.
c.   Negotiating salaries and raises.
d.   Dealing with employee conflicts.
e.   Hiring top-notch people.
f.   Motivating sales staff.
g.  Managing change initiatives.
h.  Dealing with disgruntled, litigious employees.
i.   Making downsizing and outsourcing decisions.
j.    Developing leadership skills among your talent pool.
k.   Selling new strategic initiatives to department heads.
l.    Managing post-merger cultural acclimation.
m.  Bringing in new management.
n.   Working out budgetary allocations.


4.      CORPORATE DEVELOPMENT
  
Business development is a combination of strategic analysis, marketing, and sales. Business development professionals can be involved in everything from the development of their employers' products and services, to the creation of marketing strategies, to the generation of sales leads, to negotiating and closing deals.
  
The job of the business development professional is typically to identify new business opportunities-whether that means new markets, new partnerships with other businesses, new ways to reach existing markets, or new product or service offerings to better meet the needs of existing markets-and then to go out and exploit those opportunities to bring in more revenue.

Since the field is a cousin of marketing and sales, even when an organization doesn't have a stand-alone business development department or employees with the phrase "biz dev" in their job titles, you can bet that folks in sales and/or marketing are handling business development responsibilities. You can find biz dev jobs in all industries-at everything from tech startups to huge pharmaceutical companies. What the work entails, exactly, depends on how big a company is and what industry it's in.

Your job in business development may involve any or all of the following:
The first aspect of the business development professional's job is typically to identify new business opportunities.

This means several things, in terms of what you'll do. First, you'll need to stay abreast of what's happening in your industry-what your competitors are up to in terms of products and service offerings, pricing, marketing strategies, and so on. Second, you'll need to make sure you understand what your company is up to on an ongoing basis-to understand your company's strategy, how your company compares to its competitors, and how it's perceived in the marketplace. Third, you'll need to understand the market for your company's offerings-who comprises it, and how it may be changing.
Next, as a business development professional, you'll need to think creatively about everything you know about your company. This is the part of the job in which you identify possible ways to improve your company's sales, which can mean identifying anything from new market segments (or individual potential clients), to new sales channels to sell through, to other, related products or services in the marketplace with which your company's products or services can be combined into synergistic, "co-branded" offerings.

The next part of the job is prioritizing the new business opportunities you've identified. To do this, you'll need to compare the potential returns of each new opportunity to the costs your company would incur to exploit it. Which means spreadsheets-lots of spreadsheets.

Finally, you have to bring the new opportunities you've identified and prioritized to fruition. In other words, you'll be negotiating with those at other organizations who can help you take advantage of the opportunities you've identified. And, if you're good at what you do, you'll be closing deals with those other organizations to increase your company's bottom line.

One thing you'd probably be doing as part of a biz dev career at an enterprise software company, for instance, is identifying and signing partnership deals with IT consulting firms that implement enterprise software for their clients-deals that will give those firms you partner with a cut of your company's revenue from any new sales of your software that they can bring in. Or, say you're in biz dev at a big publishing company that's looking to deliver a new, younger market to its advertisers; in this case, you might be involved in acquiring a smaller publisher that already has expertise in marketing to a younger audience, as well as established distribution channels for getting products to that market.

Business development involves varying degrees of sales and strategy. In some companies, biz dev people may focus on getting new corporate sales accounts, while in others they may lead new product development. At larger companies such as Oracle, Cisco, or Microsoft, one of biz dev's many responsibilities may be to decide which smaller companies the company should acquire next to ensure that it retains its market strength in the future.

Working in business development is an excellent way to become adept at business strategy while gaining hands-on experience in negotiating deals and managing partner relationships. Business development jobs are also highly cross-functional, requiring close collaboration with various internal and partner-company teams such as sales, engineering, and marketing to ensure that a deal is consummated. With its focus on strategy, biz dev steers the direction of a company-the deals forged today determine what the rest of the company will be working on tomorrow.


5.    BUILD A STRONG RELATIONSHIP      
          
It is so important to forge trust in your negotiations to create a solid and durable partnership.
  
Every business can often be judged by the extent in how it values its relationships. The truth is that every business does have a relationship with numerous groups and individuals. We have suppliers, customers, employees, labour and union representatives, to name a few. Whether we realize it or not, we interact with these groups and individuals through our relationship with them. Relationships matter and we must understand the reason why they are so important to our business.

In the past couple of decades, we have seen businesses evolve and change in how they conduct business. Internal changes have seen the dispersal of power, filtered down to the lower levels of management and employees, by giving them more responsibility and authority. Similarly, we have also seen an evolutionary change in the interaction between businesses and how they have developed relationships, to achieve more cohesive and durable partnerships.
We are moving away from fighting over the available bits of scrap, and more often we are looking to expand our meal, by creating both cooperative ventures and developing more creative business solutions. In other words, our negotiations have moved from competitive negotiations, to creating greater value, by forming relationships that  focus more on creative negotiations.
  
There are 3 reasons for this change in behaviour:

1) Taking future considerations into account
Many companies realize that if we concentrate too heavily on the amount of value we can get today, we may lose opportunities from transactions of greater value, later on down the road.

2) Give some - get some in return
Todays businesses recognize that by giving something to our negotiating counterpart in a transaction, we can expect getting back something of greater potential value in return.

3) Creating trust moves us further ahead
By developing relationships that are founded on a basis of trust, we do not need to spend resources on time and money in perpetually monitoring our partner, to ensure the terms of the contract are fulfilled.

How we conduct our negotiations also relates to how we will treat our partnership. If a potential partner places little value on an ongoing relationship, while we perceive our interaction as a long-term partnership, then the negotiators involved in discussing terms, will also view their negotiations from completely different perspectives.

The negotiator who does not place any emphasis on a relationship, will be negotiating from a distributive perspective, or grabbing as much as they can. They will try to gain as much as possible from the distribution of available resources. The negotiator who desires to form a long-term relationship, will be seeking to add value that is beneficial to both sides.

    It is important to understand how we will frame our approach to negotiations. There are two prime questions that we need to ask ourselves, before we begin our negotiation    .
CLOSING



CONCLUSION

Negotiation is a dialogue between two or more people or parties, intended to reach an understanding, resolve point of difference, or gain advantage in outcome of dialogue, to produce an agreement upon courses of action, to bargain for individual or collective advantage, to craft outcomes to satisfy various interests of two people/parties involved in negotiation process. Negotiation is a process where each party involved in negotiating tries to gain an advantage for themselves by the end of the process. Negotiation is intended to aim at compromise.
  
Negotiation occurs in business, non-profit organizations, government branches, legal proceedings, among nations and in personal situations such as marriage, divorce, parenting, and everyday life. The study of the subject is called negotiation theory. Professional negotiators are often specialized, such as union negotiators, leverage buyout negotiators, peace negotiators, hostage negotiators, or may work under other titles, such as diplomats, legislators or brokers.

  
ADVICE


    Negotiations can occur anywhere, and anytime, negotiations are intended to complete the deal or find a way out of the points of difference that happens, so it is expected that negotiations continue to occur in the positive, not done in fraud, violence, hurting others, or doing things the things that can harm others for personal gain.
  







































Kamis, 30 Mei 2013

Sistem Basis Data



BAB I

PENDAHULUAN

1.      Apa yang disebut dengan Sistem Manajemen Basis Data (Database Management System) ?

ü  Himpunan data yang terintegrasi
ü  Model yang menggambarkan dunia nyata
Entiti (contoh : mahasiswa, mata kuliah)
Relasi (contoh : Keanu mengambil mata kuliah dengan kode CS564)
ü  Sistem Manajemen Basis Data adalah paket perangkat lunak yang didesain untuk melakukan penyimpanan dan pengaturan basis data.
  1. Mengapa menggunakan DBMS ?
ü  Independensi (kemandirian) data dan akses yang efisien
ü  Mereduksi waktu pengembangan aplikasi
ü  Integritas dan keamanan data
ü  Administrasi keseragaman data
ü  Akses bersamaan dan perbaikan dari terjadinya crashes (tabrakan dari proses serentak).

3.      Mengapa mempelajari Basis Data ?

ü  Perpindahan dari komputasi ke informasi
ü  Himpunan elemen data semakin banyak dan beragam
Perpustakaan digital, video interaktif, Human genome project, EOS project
Kebutuhan untuk memperluas DBMS
ü  DBMS mencakup bidang ilmu lain
Sistem operasi, bahasa pemrograman, teori komputasi, AI, logika, multimedia
  1. Model Data
ü  Model data adalah himpunan konsep untuk menggambarkan suatu data
ü  Skema adalah deskripsi umum dari himpunan data, dengan menggunakan model data
ü  Model relasional adalah model data yang paling banyak digunakan saat ini.
Konsep utama : relasi, pada dasarnya adalah sebuah table dengan baris dan kolom. Tiap relasi memiliki skema, yang menggambarkan kolom atau fields
  1. Level Abstraksi
ü  Memiliki beberapa tinjauan (views), skema konseptual tunggal (logical) dan skema fisik.
·         Menggambarkan bagaimana cara user melihat data
·         Skema konseptual mendefinisikan struktur logika
·         Skema fisikal menggambarkan file dan indeks yang digunakan
ð Skema didefinisikan menggunakan DDL (Data Definition Language), data dimodifikasi dengan menggunakan DML (Data Management Language).

 

Contoh : Basis Data Universitas

ü  Skema Konseptual :
§    Students (sid: string, name : string, login : string, age : integer, gpa : real)
§    Courses(cid : string, cname : string, dredits : integer)
§    Enrolled(sid : string, cid : string, grade : string)
ü  Skema Fisik
·   Relasi yang disimpan sebagai file yang belum terurut
·   Indeks pada kolom pertama file students
ü  Skema Eksternal
·         Course_info(cid : string, enrollment : integer)

6.      Kebebasan Data

ü  Aplikasi disekat dari bagaimana data disimpan dan distrukturkan
ü  Kebebasan data secara logika : Perlindungan dari perubaha n struktur logika suatu
ü  data
ü  Kebebasan data secara fisik : Perlindungan dari perubahan struktur fisik suatu data
ð Kebebasan data adalah salah satu keuntungan utama dari penggunaan DBMS

7.      Kontrol Proses Serentak

ü  Eksekusi bersamaan dari beberapa user program, merupakan ukuran performansi yang utama dari suatu DBMS.
·         Dikarenakan akses ke disk cukup sering, dan relatif lebih lambat, maka perlu untuk menjaga waktu CPU pada beberapa user program yang bekerja secara serentak.
·         Interleaving pada user program yang berbeda dapat menyebabkan
ü  ketidakonsistenan, misal : field check dihapus pada saat account balance dihitung.
ü  DBMS memastikan bahwa masalah seperti diatas tidak akan terjadi seperti halnya sistem yang menggunakan single-user.
  1. Transaksi : Eksekusi dari Program Basis Data
ü  Konsep kuncinya adalah transaksi, merupakan urut-urutan atomic dari aksi basis data (baca/tulis).
ü  Tiap transaksi dijalankankan sampai selesai, dan basis data harus tetap dijaga agar tetap dalam keadaan yang konsisten.
1.      User dapat menentukan beberapa batasan integritas (integrity constraint) yang sederhana pada data, dan kemudian DBMS akan mengusahakan batasan ini.
2.      Selain dari itu, DBMS tidak benar-benar mengerti semantic dari data (contoh : tidak tahu cara menghitung bunga bank, atau tidak tahu cara menetapkan nilai jual barang yang ada di gudang … misalnya).
3.      Sehingga untuk memastikan transaksi berlangsung secara konsisten, seluruhnya berada pada tanggung jawab user.
         9.         Penjadwalan dari Transaksi yang berlangsung Serentak
ü  DBMS memastikan bahwa eksekusi dari {T1, …, Tn} adalah sama dengan eksekusi serial T1’ … Tn’
                           1.         Sebelum membaca/menulis obyek, transaksi meminta lock pada obyek dan  menunggu sampai DBMS memberikan lock. Semua lock akan dilepas (direlease) pada akhir dari transaksi
                           2.          Ide : Jika aksi dari T1 (missal menulis X) menyebabkan kejadian Tj (missal membaca X), salah satu dari mereka , missal akan T1, akan mendapatkan lock pada X pertama kali dan Tj akan menunggu sampai aksi T1 diselesaikan.
                           3.         Apa yang terjadi jika TJ telah memiliki lock kemudian setelah itu T1 meminta (request) lock Y ? (Deadlock akan terjadi , maka T1 atau Tj harus di-abort atau di-restart).
 10.       Memastikan sifat Atomik
ü  DBMS memastikan sifat atomic (semuanya atau tidak ada property).
ü  Ide : Simpan log (history) semua aksi yang dijalankan oleh DBMS pada saat menjalankan himpunan aksi X.
                           1.         Sebelum perubahan dibuat terhadap basis data, maka log entry harus berkorespondensi dengan lokasi yang aman (system operasi seringkali tidak mendukung secara penuh hal seperti ini).
                           2.         Setelah terjadi crash (tabrakan), akibatnya sebagian transaksi yang telah dieksekusi tidak lagi dikerjakan dengan menggunakan log.
 11.       Basis Data membuat segalanya menjadi lebih mudah
ü  Pemakai akhir dan vendor DBMS
ü  Programmer aplikasi basis data
 Misal : webmaster yang canggih
ü  Administrator Basis Data (Database Administrator)
                           1.         Desain skema Logikal/Fisikal
                           2.         Menangani pengamanan dan kewenangan
                           3.         Ketersediaan data, perbaikan crash
                           4.         Penyesuaian oleh Basis Data
Yang penting adalah mengerti bagaimana cara DBMS mengerjakan semua itu
 12.       Struktur DBMS
ü  Biasanya DBMS memiliki arsitektur layer
ü  Gambar diatas tidak menunjukkan kontrol proses serentak (concurrency control) dan komponen perbaikan (recovery).
ü  Gambar tersebut adalah salah satu dari beberapa kemungkinan arsitektur : tiap system memiliki variasinya sendiri.
 13.       Model DBMS (Database Management Systems)
ü  Hirarkis (Hierarchical)













ü  Jaringan (Network)














ü  Relasional (Relational)








ü  Obyek (Object)










ü  Cerdas (Intelligency)









 14.       Ringkasan
ü  DBMS digunakan untuk pemeliharaan himpunan query yang sangat banyak.
ü  Keuntungan dari penggunaan DBMS meliputi perbaikan dari system yang crash, akses serentak, pengembangan aplikasi secara cepat, keamanan dan integritas data.
ü  Level abstraksi memberikan kebebasan data.
ü  Umumnya DBMS memiliki arsitektur per layer
DBMS adalah salah satu bidang yang paling banyak diminati dalam ilmu  komputer.









BAB II

ABSTRAKSI DATA


2.1. 3 Level arsitektur ANSI-SPARC

(American National Standards Institute – Standards Planning and Requirements Committee)

1 Terminologi standar dan arsitektur umum untuk sistem database diciptakan tahun 1971 oleh DBTG (Data Base Task Group) ditunjukkan oleh CODASYL (Conference on Data Systems and Languages)

1 DBTG mengenal kebutuhan untuk pendekatan 2 level dengan
1.      system view  è schema
2.      user views  è subschemas

1 ANSI-SPARC tahun 1975, memperkenalkan kebutuhan terhadap pendekatan 3 level dengan suatu data dictionary.

1 Bentuk suatu arsitektur 3 level terdiri dari :
1.  external level / view level
2.  conceptual level
3.      internal level / physical level



User 1

User 2

User n
External
level

View 1

View 2
……
View n






Conceptual
level



Conceptual
schema









Internal
level



Internal
schema









Physical data organization










Database




External level
Pandangan (view) pemakai terhadap database. Level ini menggambarkan bagian database yang relevan untuk pemakai tertentu

-          External level berisi sejumlah external view yang berbeda terhadap database.
-          Setiap user mempunyai suatu pandangan dari ‘real world’ disajikan dalam bentuk yang familiar untuk user tersebut.

Conceptual level
Komunitas view dari database. Level ini menggambarkan data apa yang disimpan dalam suatu database dan hubungan sejumlah data

-          Level menengah dalam arsitektur 3 leval adalah conceptual level.
-          Level ini berisi struktur logikal dari database keseluruhan
-          Conceptual level menyajikan:
a.       semua entity, atribut dan hubungannya
b.      batasan pada data
c.       informasi semantic tentang data
d.      informasi keamanan dan integritas
-          Conceptual level mendukung setiap external view


Internal
level
Representasi fisik database pada suatu komputer. Level ini menggambarkan bagaimana data disimpan dalam suatu database

-          Internal level meliputi implementasi fisikal dari database untuk mencapai hasil run-time yang optimal dan utility tempat penyimpanan. 
-          Hal ini meliputi stuktur data dan organisasi file yang digunakan untuk menyimpan data pada media penyimpanan.
-          Internal level dikonsentrasikan pada:
a.       alokasi tempat penyimpanan terhadap data  dan index
b.      gambaran terhadap penyimpanan record (ukuran untuk item data yang disimpan)
c.       penempatan record
d.      teknik kompresi data dan enkripsi data


2.2 Schema, Mapping dan Instances


1.      Schema


1  Gambaran kesluruhan dari database disebut dengan database schema
1  Ada 3 jenis schema yang berbeda dalam suatu database dan masing-masingnya didefinisikan menurut arsitektur 3 level abstraksi tersebut.
o   Level tertinggi mempunyai beberapa external schema (juga subschema) yang berhubungan dengan view terhadap data yang berbeda-beda
o   Pada conceptual level, kita mempunyai conceptual schema. Pada conceptual schema menggambarkan semua item data dan hubungan antara item data bersama dengan batasan integritas. Dan hanya ada satu conceptual schema per database.
o   Level terendah dari abstraksi, kita mempunyai internal schema.  Internal schema merupakan uraian lengkap dari model internal, yang berisi definisi terhadap record yang disimpan, metoda terhadap representasi, data field, skema index dan hashing yang digunakan. Dan hanya ada satu internal schema.

2.      Mapping


1  DBMS bertanggung jawab untuk memetakan antara ketiga jenis schema tersebut.
1 Conceptual schema direlasikan ke internal schema melalui suatu conceptual /internal mapping. Dalam hal ini memungkinkan DBMS dapat medapatkan record aktual atau kombinasi record dalam penyimpanan fisik
1  Setiap external schema direlasikan ke conceptual schema oleh external/conceptual mapping. Dalam hal ini memungkinkan DBMS untuk memetakan nama dalam pandangan pemakai atas bagian yang relevan dari conceptual schema.

External view 1

External view 2

NoBP
Nama
TglLahir
Alamat

NoBP
Nama
ProgStudi











Conceptual level
NoBP
Nama
TglLahir
Alamat
Agama
ProgStudi



Internal level
struct MHS {
  int   NoBP;
  char Nama [25];
  struct date Date_of_Birth;
  char Alamat [30]
  struct MHS *next;
};

index NoBP; index ProgStudi 






pointer ke record MHS berikutnya

mendefinisikan index MHS

3.       Instance


1  Data dala database pada beberapa maksud dalam waktu tertentu disebut dengan database instance




Data Independence

1  Tujuan utama dari arsitektur 3 level tersebut adalah untuk menyediakan data independence, dimana level diatasnya tidak berpengaruh oleh perubahan untuk level dibawahnya.
1  Ada 2 jenis data independence:
1. Logical data independence
2. Physical data independence

Logical data independence
Logical data independence menunjuk kepada kekebalan dari external schema untuk perubahan-perubahan dalam conceptual schema

-          Perubahan conceptual schema, seperti: memungkinkan penambahan atau penghapusan entiti, atribut atau relationship (hubungan) tanpa harus mengganti external schema atau harus menulis kembali program aplikasi yang sudah ada.

Physical data independence
Physical data independence menunjuk kepada kekebalan dari conceptual schema untuk perubahan-perubahan dalam internal schema

-          Perubahan internal schema, seperti: penggunaan organisasi file atau struktur penyimpanan yang berbeda, penggunaan media penyimpanan yang berbeda, perubahan algoritma indeks atau hashing tanpa harus mengganti/merubah conceptual atau external schema.




External schema

External schema

External schema


External/conceptual
mapping









Logical data



indepedence




Conceptual
schema



Conceptual/internal
mapping






Physical data


independence




Internal
schema

















BAB II

PERANCANGAN BASIS DATA


Gambar : Struktur Database Management System (DBMS)

3.1. Perancangan Relational Database

·      Perancangan suatu database dillakukan untuk menghidari
1. Pengulangan Informasi
2. Ketidak mampuan untuk merepresentasikan suatu informasi tertentu
3. Hilangnya informasi
·      Pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengurangi hal-hal di atas adalah dengan normalisasi

Normalisasi

Dasar-dasar normalisasi

·         Normal form (bentuk normal) adalah suatu klas dari skema database relasi yang didefinisikan untuk memenuhi tujuan dari tingginya integritas dan maintainability
·         Kreasi dari suatu bentuk normal disebut normalisasi
·         Normalisasi dicapai dengan penganalisaan ketergantungan diantara setiap individu attribut yang diassosiasikan dengan relasinya


First normal form

·         Suatu relasi ada dalam kondisi First Normal Form (1NF) jika dan hanya jika semua domain yang tercakup terdiri hanya atomic value, misalnya tidak ada pengulangan group (domain-domain) dalam suatu tuple
·         Keuntungan dari 1NF dibanding Unnormalized relation (UNRs) adalah pada bentuk penyederhanaan representasi dan kemudahan dalam pengembangan menggunakan suatu query language
·         Kekuranannnya adalah kebutuhan terhadap duplikasi data
·         Sebagian besar sistem relasi (tidak semua) membutuhkan suatu relasi dalam bentuk 1NF

·         contoh

paper-id
Inst-name
inst-addr
editor-id

4216
univ-mich
ann-arbor
woolf
5789
math-rev
providenc
bradlee







publ-id
Auth-id1
Auth-name1
Auht-addr1

14
7631
yang-d
peking-univ

53
1126
umar-a
bellcore





uth-id2
Auth-name2
Auth-addr2
Auth-id3
4419
mantei-m
univ-toron
2692
7384
fry-J
mitre
3633













Auth-name3
..........
koenig-i

bolton-d




Relasi tampa normalisasi

paper-id
inst-name
inst-addr
editor-id
publ-id
auth-id
auth-name
auth-addr
4216
univ-mich
ann-arbor
woolf
14
7631
yang-d
peking-univ
4216
univ-mich
ann-arbor
woolf
14
4419
mantei-m
univ-toron
4216
univ-mich
ann-arbor
woolf
14
2692
koenig-j
math-rev
5789
math-rev
providen
bradlee
53
1126
umar-a
bellore
5789
math-rev
providen
bradlee
53
7384
fry-j
mitre
5789
math-rev
providen
bradlee
53
3633
bolton-d
math-rev









Relasi dengan normalisasi pertama


Second Normal Form

·         Suatu superkey adalah suatu himpunan dari satu atau lebih attribute, yang mana, dimana diambil secara khusus yang memmungkinkan kita untuk mengidentifikasikan secara unik satu entitas atau relasi
·         Suatu Candidate key adalah suatu subset dari attribut-attribut pada superkey yang juga merupakan superkey dan tidak reducible ke superkey yang lain
·         Suatu primary key dipilih dari himpunan candidate key untuk digunakan pada suatu index untuk relasi yan bersangkutan
·         Kepemilikan dari satu atau beberapa attribute yang dapat didefinisikan secara unik dari nilai satu atau beberapa attribute disebut functional dependency
·         Diberikan suatu relasi (R), suatu himpunan (B) adalah functionally dependent pada himpunan attribut yang lain(A) jika, pada satu waktu tertentu, setiap nilai A diassosiasikan dengan satu nilai B, bentuk ini adalah suatu FD yang dinotasikan dengan A ® B
·         contoh

R : {paper-id, inst-name, isnt-addr, editor-id, publ-id, auth-id, auth-name,  
       auth-addr}

Fds :    paper-id, auth-id ® auth-name
            paper-id,auth-id ® auth-addr
            paper-id, auth-id ® inst-name
            paper-id, auth-id ® inst-addr
            auth-id  ® auth-name
            auth-id ® auth-addr
            inst-name ® inst-addr
            paper-id ® editor-id
            paper-id ® publ-id

bentuk sederhana

            paper-id, auth-id ® auth-name, auth-addr, inst-name, inst-addr
            auth-id ® auth-name, auth-addr
            inst-name ® inst-addr
            paper-id ® pub-id, editor-id

·         Suatu relasi adalah dalam posisi second normal form (2NF) jika dan hanya jika relasi tersebut juga dalam 1NF dan setiap nonkey attribute tergantung penuh pada primary key-nya
·         2NF membutuhkan bahwa FD apapun didalam relasi harus berisi semua komponen dari primary key sebagai determinant, baik secara langsung atau transitif
·         contoh, primary key adalah paper_id, auth_id. Bagaimanapun, terdapat Fds yang lain (auth_Id ® auth-name, auth-addr, and paper-id ® pub-id, editor-id) yang berisi satu komponen dari primary key, tetapi tidak kedua-duanya.
·         Mengapa harus 2NF, pertimbangkan keuntungan dari 1NF pada R. paper, pub-id dan editor-id dibuat duplikat untuk setiap author dari paper. Jika editor dari publikasi untuk suatu paper berubah, beberapa tuple harus pula di-update. Akhirnya, jika satu paper di ambil, semua tupple yang diassosiasikan harus dihapus. Bentuk ini akan memberikan efek samping pada penghapusan informasi yang mengassosiasikan suatu auth-id dengan auth-name dan auth-addr.
·         Suatu cara yang dapat dilakukan untuk hal tersebut adalah dengan mentransformasikan relasi kedalam dua atau beberapa relasi 2NF
·         contoh
R1 :     paper-id, auth-id ® inst-name, inst-addr
R2 :     auth-id ® auth-name, auth-addr
R3 :     paper-id ® pub-id, editor-id

Third Normal Form

·         Pada R1, inst_addr pasti diduplikat untuk setiap kombinasi paper_author yang mejelaskan satu inst_name. Juga, jika kita menghapus satu paper dari database, kita harus memberikan efek samping penghapusan assosiasi antara inst_name dan inst_addr.
·         Suatu relasi dalam Third Normal Form (3NF) jika dan hanya jika relasi tersebut dalam 2NF dan setiap non key attribute adalah nontransitive dependent pada primary key
·         Contoh :
R11 :   paper-id, auth-id ® inst-name
R12 :  inst_name ® inst_addr
R2   :   auth-id ® auth-name, auth-addr
R3   :   paper-id ® pub-id, editor-id


Boyce-Codd Normal Form

·      Suatu Trivial FD adalah suatu bentuk YZ ® Z
·      Suatu relasi R dalam kondisi Boyce-Codd Normal Form (BCNF) jika untuk semua nontrivial FD X ® A, X adalah superkey
·      BCNF adalah suatu bentuk yang lebih kuat dari normalisasi ke tiga. 3NF equivalent dengan perkataan bahwa untuk setiap nontrivial FD X ® A, dimana X dan A merupakan simple atau composite attribut, satu dari dua kondisi harus dipenuhi.
                    X adalah superkey, atau
                    A adalah prime attribute
·      BCNF mengelimisasi kondisi kedua dari 3NF





3.2. ENTITY-RELATIONSHIP MODEL

·         Entity-Relationship data model adalah didasarkan pada persepsi dari suatu dunia nyata yang terdiri dari sekumpulan object dasar yang disebut entitas dan relasi antara object-object tersebut
·         Entity-Relationship dikembangkan dalam rangka untuk memberikan fasilitas dalam perancangan database dengan memberikan kesempatan ... spesifikasi dari suatu enterprise scheme, seperti suatu skema yang merepresentasikan keseluruhan struktur logika dari database


Entitas dan Himpunan Entitas-entitas

·         Entitas adalah suatu object yang ada dan dapat dibedakan dengan object-object yang lain
·         Suatu Entitas dapat nyata, misalnya seseorang, buku, dll
·         Suatu Entitas dapat berupa abstrak, misalnya suatu kosep, hari libur, dll
·         Suatu huimpunan entitas (Entity Set) adalah suatu himpunan yang memiliki tipe yang sama, contoh Himpunan orang yang memiliki account pada sebuah bank dapat didefinisikan sebagai customer
·         Himpunan entitas tidak perlu di disjoint
·         Suatu Entitas direpresentasikan oleh suatu himpunan attribut
·         Setiap attribut terdapat suatu himpunan nilai yang dapat diberikan pada attribut tersebut yang dikatakan sebagai domain dari suatu attribut
·         Secara formal, suatu attribut adalah suatu fungsi yang memetakan dari suatu himpunan entitas kedalam suatu domain
·         Setiap entitas dijabarkan dengan suatu himpunan dari attribute dan nilai data, contoh suatu customer dijelaskan dengan himpunan {(name, Harris),(social-security, 890-12-3456),(street, North),(city, Rye)}
·         Variabel dalam suatu bahasa pemograman berkorespondensi dengan konsep dari suatu entitas pada E-R model
·         Pertimbangkan :
  1. branch, himpunan semua cabang dari suatu bank, setiap cabang dijabarkan dengan attribut branch-name, branch-city, dan assets
  1. customer, himpunan semua orang yang memiliki account pada bank, setiap customer dijabarkan dengan attribute customer-name, sosial-security, street, customer-city
  2. employee, himpunan semua orang yang berkerja pada sebuah bank, setiap employee dijabarkan dengan attribut employee-name, employee-number
  3. account, himpunan semua account yang berada dalam bank, setiap account dijabarkan dengan attribut account-number, balance
  4. transaction, himpunan semua transaksi akuntansi yang terjadi di bank, setiap transaksi dijabarkan dengan attribut transaction-number, date, amount



Relasi dan Himpunan Relasi-relasi

·         Suatu Relasi adalah suatu assosiasi diantara beberapa entitas
·         Suatu himpunan relasi adalah suatu himpunan relasi yang memiliki tipe yang sama
·         Jika E1, E2, ..... En adalah himpunan entitas, maka suatu himpunan relasi R adalah suatu subset dari
{(e1, e2, ... ,en) | e1  Î E1, e2 Î E2, . . . ., en Î En}
dimana (e1, e2, ... ,en) adalah suatu relasi
·         Binary Relationship Set adalah relasi antara dua himpunan entitas
·         Ternary Relationship Set adalah relasi antara tiga himpunan entitas
·         N-ary Relationship Set adalah relasi antara n himpunan entitas
·         Suatu relasi dapat memiliki attribut


Attribut-Attribut

·         Sekumpulan attribut-attribut akan dapat menjelaskan suatu entitas
·         Pertimbangkan himpunan entitas employee dengan attribut employee-name dan phone-number, Sementara itu  suatu telephone adalah suatu entitas yang memiliki attribut phone-number dan location




Mapping

·         Mapping cardinality adalah suatu ekspresi yang menyatakan jumlah entitas yang dapat diassisiasikan dengan entitas lain pada suatu himpunan relasi.


One-to-one

One-to-many




Many-to-one


Many-to-many
Key (Kunci)

·         Superkey adalah suatu himpunan dari satu atau beberapa attribut yang diambil secara kolektif, yang memberikan kesempatan kepada kita untuk mengidentifikasikan suatu entitas secara unik dalam suatu himpunan entitas
·         Candidate key adalah suatu super set dari suatu super key
·         Primary key adalah suatu key dari candidate key yang dipilih oleh user untuk mengidentifikasikan suatu entitas dalam suatu data base
·         Weak entity  set adalah suatu himpunan entitas yang tidak memiliki suatu attrtibut yang dapat dijadikan key
·         Suatu himpunan entitas yang memiliki primary key adalah disebut sebagai strong entity set
·         Suatu weak entity dapat  dibuat menjadi berarti dengan menggunakan suatu relasi, dan harus dalam bentuk one-to-many
·         Discriminator dari suatu himpunan weak entity adalah suatu himpunan attribut yang digunakan untuk membedakan entitas tersebut
·         Primary key dari weak entity didapatkan dengan membentuk primary key pada strong entity  ditambah discriminator entity tersebut
·         Diperlukan suatu mekanisme yang sama dengan entitas untuk suatu relasi
·         Attribut untuk suatu relasi tampa attribut adalah
   Primary-key(E1) È Primary-key(E2) È ... È Primary-key(En)
·         Attribut untuk suatu relasi dengan attribut {a1, a2, ... an}
 Primary-key(E1) È Primary-key(E2) È ... È Primary-key(En) È  {a1, a2,... an}

E-R Diagram

Entity-Relationship Diagram


One-to-many Relationship



Many-to-one Relationship



One-to-one Relationship


E-R Diagram dengan indikator Role

E-R Diagram dengan Weak Entity

E-R Diagram dengan Ternary Relationship

Pengurangan E-R Diagram menjadi tabel

·         Setiap himpunan entitas dan relasi dalam E-R Diagram terdapat suatu tabel yang unik yang ditandai dengan nama yang berkorespondensi dengan himpunan entitas, atau himpuna relasi
·         Setiap tabel memiliki sejumlah kolom yang ditandai dengan suatu nama yang unik


E-R Diagram

Representasi dari suatu himpunan Strong Entity

·         E adalah suatu himpunan strong entity dengan diskripsi serangkaian attribut a1, a2, ... an, maka dapat direpresentasikan dengan suatu tabel yang bernama E dengan n kolom dimana setiap kolom berkoresponden dengan setiap attribut
·         Suatu tabel akan berisi cartesian product dari nilai yang mungkin ada dalam attribut untuk suatu himpuna entitas

Account-number
balance

customer-name
social-seciruty
street
customer-city
245
1000

Oliver
458-14-756-14
Main
Harrison
458
2500

Harir
578-78-789-44
North
Rye
756
30000

Mary
758-25-468-11
Park
Harison
256
45000

Brill
354-87-156-78
Nassa
Princeton
Account Table

Customer Table

Account-number
transcation-number
date
amount
245
5
11 May 1990
50
465
11
17 June 1990
+70
748
103
28 December 1990
-100

Transaction table



social-security
account-number
date
458-14-756-14
245
11 May 1990
578-78-789-44
465
17 June 1990
758-25-468-11
748
28 December 1990
CustAcc Table

Representasi dari Weak-Entity

·         A adalah suatu himpunan weak-entity dengan attribut a1, a2, ..., an, B adalah suatu himpunan strong entity dimana A tergantung dengannya, dengan primary key b1, b2, ..., bn, maka untuk meprepresentasikan himpunan entitas A adalah dengan membentuk tabel dengan kolom-kolom yang berupa himpunan
{a1, a2, .... an) È {b1, b2, ... , bn}

Representasi dari himpunan Relationship

·         R adalah suatu himpunan relasi yang melibatkan himpunan entitas yang terdiri E1, E2, ... E3 , Attribute(R) terdiri dari n attribut, maka untuk merepresentasikan ini dibentuk suatu tabel dengan nama R dengan n kolom dimana setiap kolom berkorespondensi dengan setiap attribut

Generalisasi

·         Generalisasi digunakan untuk meng.... kesamaan tipe diantara entitas yang lebih rendah tingkatannya dan menyembunykan perbedaannya.
·         Suatu yang nyata dibuat dengan suatu pewarisan atau inheritance
·         Terdapat dua metode yang berbeda untuk pentransformasian suatu E-R diagram yang menerapkan generalisasi ke dalam bentuk tabular
  1. Buat suatu tabel untuk himpunan entitas yang memiliki level lebih tinggi, untuk setiap himpunan entitas yang lebih rendah, buat suatu tabel yang memuat suatu kolom untuk setiap attribut-attribut dari entitas tersebut ditambah satu kolom untuk setiap primary key














Generalisasi
  1. Tidak membuat suatu tabel untuk himpunan entitas yang lebih tinggi, melainkan, untuk setiap himpunan entitas yang lebih rendah, buat suatu tabel dengan menyertakan suatu kolom untuk setiap attribut dari entitas tersebut ditambah kolom untuk setiap attribut dari himpunan entitas yang lebih tinggi

Aggregasi

·         Aggregasi adalah suatu abstraksi pada relasi-relasi yang buat menjadi suatu entitas yang bertingkat tinggi


E-R Diagram dengan kelebihan Relationship

E-R Diagram dengan Aggregation

Perancangan dari suatu skema E-R Database

·         Hal-hal yang dapat diperhatikan oleh seorang perangcang dalam merancang suatu skema database adalah :
  1. Penggunaan suatu ternary relationship dibanding sepasang binary relationship
SQL (Structured Query Language)

·         Pertama dibuat oleh IBM’s San Jose Research Laboratory, sekarang berganti nama menjadi Almaden Research Center
·         SQL memiliki beberapa bagian yaitu
  1. Data Definition Language
  1. Interactive Data Manipulation Language
  2. Embedded Data Manipulation Language
  3. View Definition
  4. Authorization
  5. Integrity
  6. Transaction Control

Struktur Dasar SQL

·      Tiga clause yang menjadi dasar dari SQL yaitu
·      Select, clause ini berkoresponden dangan projection operation pada aljabar relasi
·      From, clause ini berkorespondensi dengan cartesian product pada aljabar relasi
·      Where, clause ini berkorespondensi dengan selection predicate pada aljabar relasi
·      Bentuk umum dari SQL query adalah

                                                select A1, A2, ... , A3
                                                from r1, r2, ..., r3
                                                where P

Operasi Himpunan

·      Operasi himpunan yang ada pada SQL meliputi operasi Union, Intersect, minus
                                                select distinct customer-name
                                                from deposit
                                                where branch-name = “Perryridge”

                                                Select distinct customer-name
                                                from borrow
                                                where branch-name = “Perryridge”

                                                (select distinct customer-name
                                                from deposit
                                                where branch-name = “Perryridge”)
                                                union
                                                (Select distinct customer-name
                                                from borrow
                                                where branch-name = “Perryridge”)


                                                (select distinct customer-name
                                                from deposit
                                                where branch-name = “Perryridge”)
                                                intersect
                                                (Select distinct customer-name
                                                from borrow
                                                where branch-name = “Perryridge”)

                                                (select distinct customer-name
                                                from deposit
                                                where branch-name = “Perryridge”)
                                                minus
                                                (Select distinct customer-name
                                                from borrow
                                                where branch-name = “Perryridge”)


Predicate dan Join

·      Pada aljabar relasi

Pcustomer-name,customer-city(borrow X customer)

·      Bentuk SQL

                        Select distinct customer.customer-name,customer-city
                        from borrow,customer
                        where borrow.customer-name = customer.customer-city

·      Predicate pada where clause dapat diberikan logical conectivity (and, Or, Not) contoh

                        Select distinct customer.customer-name,customer-city
                        from borrow,customer
                        where borrow.customer-name = customer.customer-city and
                                     branch-name = “Perryridge”

·      Dalam predicate juga dapat berisi serangkaian operasi aritmatika
·      SQL terdapat clause between, contoh

                                    select account-number
                                    from deposit
                                    where balance between 90000 and 100000

   dibanding

                                    select account-number
                                    from deposit
                                    where balance £ 10000 and balance ³ 90000
                                   
·      SQL juga menyertakan suatu operator “string-matching” untuk perbandingan pada character-string
·      Pola dijelaskan dengan menggunakan dua karakter khusus
1. percent ( % ), % digunakan untuk mencocokan substring tertentu
2. underscore ( _ ), _ digunakan untuk mencocokan karakter tertentu
·      Contoh
1.    “Perry%” maka akan mencocokkan dengan semua string yang memiliki substring depan adalah “Perry”, seperti “Perryridge”
2.    “%idge%” maka akan mencocokan dengan semua string yang memiliki substring “idge” di tengah-tengah string tersebut, seperti “Perryridge”, “Rock Ridge”,  “Ridgeway”
3.    “_ _ _” memcocokan string apa saja dengan 3 karakter
4.    “_ _ _%” mencocokan string dengan setidak-tidaknya 3 karakter

·      Contoh pada SQL
                                                Select customer-name
                                                from customer
                                                where street like “%Main%”